Gunanto, Penjaga Api Tradisi Mebel Balikpapan di Tengah Arus Modernisasi

Gunanto (kiri) bersama seorang karyawannya sedang memproduksi furniture. (doc. IH/PK)

PORTALKALTIM.ID, Balikpapan – Di sebuah kawasan perbukitan yang akrab disebut Gunung Kawi, Balikpapan Tengah, sebuah warisan keahlian tangan bertahan melawan derasnya arus modernisasi.

Di tengah persaingan yang kian ketat, Gunanto, seorang pengrajin mebel berusia hampir 60 tahun, terus menenun mimpi dan harapan dari kayu menjadi produk yang bernilai tinggi.

Read More

Perjuangannya bukan sekadar tentang bisnis, tetapi juga melestarikan budaya usaha yang semakin memudar.

Awal Perjalanan Sang Pengrajin

Pada 1986, Gunanto merantau dari Grobogan, Jawa Tengah, ke Balikpapan dengan membawa semangat muda dan tekad bulat.

Meski sempat mencoba berbagai usaha, dari batu bara hingga batu bata, ia akhirnya memilih mebel sebagai jalan hidupnya.

“Mebel lebih mudah dipasarkan dan selalu dibutuhkan masyarakat,” tuturnya.

Mebel baginya bukan sekadar bisnis, melainkan seni yang fleksibel. Dari model sederhana hingga rumit, ia mampu menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Namun, perjalanan ini bukan tanpa tantangan. Persaingan dari merek-merek besar kerap menjadi bayang-bayang.

“Tapi saya yakin, usaha saya bertahan karena harga lebih terjangkau dan barang selalu siap,” ujarnya optimis.

Dukungan dan Tantangan

Gunanto mengapresiasi pembinaan yang pernah ia dapatkan dari pemerintah pada era 90-an. Namun, ia berharap ada dukungan lebih, khususnya dalam bentuk modal usaha dan pemasaran.

“Pemasaran itu kunci, mas. Kalau dibantu, usaha ini bisa lebih berkembang,” harapnya.

Bahan baku yang mudah didapat dan biaya produksi yang relatif murah menjadi salah satu alasan mengapa ia tetap bertahan.

Baca Juga:  Peringati HUT Korpri Ke-52, Pemkot Balikpapan Gelar Lomba Futsal Antar OPD

Dengan bantuan satu hingga dua karyawan, ia memproduksi berbagai jenis mebel, mulai dari meja, kursi, hingga lemari.

Permintaan custom pun kerap ia layani, menunjukkan betapa fleksibel bisnis ini dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

Pemasaran yang Sederhana Tapi Efektif

Dalam memasarkan produknya, Gunanto mendapat bantuan dari koleganya, Trisno, yang juga berasal dari Grobogan.

Trisno memiliki lapak sederhana di pinggir jalan, yang menjadi tempat strategis untuk menjangkau pelanggan.

“Penjualan masih bagus. Hampir setiap hari ada yang beli. Harga terjangkau jadi daya tarik utama,” kata Trisno.

Namun, kawasan RT 50 Sumber Rejo, yang dulu dikenal sebagai pusat produksi mebel, kini perlahan kehilangan pengrajinnya.

Dari lebih 20 pengrajin, kini hanya tersisa kurang dari 10. Banyak yang beralih menjadi pengepul barang bekas karena dianggap lebih praktis.

Harapan dan Pesan untuk Generasi Muda

Satu hal yang paling disayangkan Gunanto adalah kurangnya regenerasi. Banyak anak muda yang enggan meneruskan usaha orang tua, lebih memilih bekerja sebagai karyawan.

“Padahal jadi pengusaha itu lebih menjanjikan,” katanya dengan nada kecewa.

Meski demikian, ia bangga dapat menyekolahkan tiga anaknya hingga perguruan tinggi berkat usaha mebel ini.

“Doakan saja, semoga anak saya yang di Jogja bisa lulus dengan baik,” ujarnya penuh harap.

Gunanto bertekad untuk terus mempertahankan usaha ini. Dengan kombinasi peralatan modern dan keterampilan tradisional, ia yakin bisnisnya tetap relevan di era yang serba cepat ini.

Menjaga Api Tradisi

Bagi Gunanto, mebel adalah lebih dari sekadar usaha. Ini adalah identitas, perjuangan, dan bentuk cinta pada profesi yang telah menghidupinya selama hampir empat dekade.

Di tengah modernisasi, ia adalah penjaga api tradisi yang berpesan kepada generasi muda untuk tidak malu meneruskan usaha keluarga.

Baca Juga:  Peringati Hari Sumpah Pemuda, Pemkot Balikpapan Gelar Upacara

“Kalau tidak ada penerus, usaha ini akan hilang,” ucapnya tegas.

Ketangguhan Seorang Ketua RT

Selain menjadi pengrajin, Gunanto juga aktif menjalankan tugas sebagai Ketua RT 50 di Sumber Rejo, Balikpapan Tengah.

Meski sibuk dengan tanggung jawab sosial, ia tetap mampu mengelola usahanya dengan baik.

Media ini menyaksikan sendiri bagaimana ketangguhan dan semangat Gunanto dalam menjaga eksistensi usaha mebelnya.

Di tempat itu, ia bukan hanya membuat furnitur, tetapi juga merajut harapan dan inspirasi untuk masyarakat Balikpapan.

Gunanto adalah bukti nyata bahwa usaha kecil, jika dikelola dengan dedikasi tinggi, mampu bertahan dan memberikan manfaat bagi banyak orang

Semoga harapan Gunanto untuk regenerasi dan dukungan pemerintah terwujud, sehingga jejaknya di dunia mebel Balikpapan tidak hanya dikenang, tetapi juga diteruskan oleh generasi berikutnya. (**/bkr/ih)

Related posts